“LAGU BENGAWAN SOLO DI KLAIM OLEH BELANDA”







Oleh: Andy Firmansyah

Indonesiaku Bukan Indonesia-indonesian

Rakyat Indonesia wajib dan harus marah! Ketentramannya telah terusik

Saling klaim budaya kita oleh negara lain sedang marak terjadi

Janganlah kita mau diremehkan oleh mereka

…………..

Selasa di waktu sore terlihat berita TV menyiarkan bahwa lagu Bengawan Solo didaftarkan hak paten menjadi lagu ciptaan orang Belanda. Nampak ditayangkan Pak Gesang Sang Maestro keroncong sekaligus pencipta lagu Bengawan Solo sedang bernyanyi diiringi olah anak-anak SMA memainkan lagu tersebut. Dengan wajah tuanya dan suaranya yang ikut menua ia nampak berusaha untuk bernyanyi walau terdengar lirih, tapi semangatnya tetap berkobar-kobar seperti dikala waktu masih muda dulu di tahun 1940.

“Itu lagu asli ciptaan saya sendiri” katanya seusai bernyanyi

Jero wacik,menteri pariwisata dan kebudayaan Indonesia juga angkat bicara,

“Tidak mungkinlah itu karangan orang Belanda. Yang pasti ya kita tahu, karangan Pak Gesang. Kalau pihak Belanda masih tetap bersikukuh untuk mendaftarkan hak paten lagu tersebut, kita akan terus bela dan akan kita ambil kembali. Lagu itu milik bangsa Indonesia, terus akan kita bela” Ujarnya percaya diri.

Terlalu naïf pihak Belanda mengklaim lagu Bengawan Solo menjadi lagu ciptaannya. Seperti kita ketahui bahwa lagu tersebut adalah lagu yang menceritakan keadaan nyata apa yang ada di Indonesia di tahun 40-an.

Waktu itu Gesang termenung di bawah pohon elo diantara rumpun bambu di sebuah teluk bengawan. Disitu hilir mudik para pemancing ikan penambang pasir dan para penyebrang sungai bercerita mengenai Bengawan Solo.

Perdagangan hilir mudik singgah di Bengawan Solo dengan alat transportasi perahu para saudagar membawa dagangannya sampai ke Surabaya. Musim berganti musim datanglah musim hujan turun dengan lebatnya. Air bengawan tampak meningggi, semua tanaman di tepi bengawan sudah tidak nampak air, terendam air. Bengawan Solo banjir airnya meluap sampai ke tempat yang lebih rendah bahkan sampai ke kampung-kampung, meluap jauh.

Terkadang Bengawan Solo tidak turun hujan tetapi banjir datang tiba-tiba. Air mengalir sangat deras sekali, gelombang mengganas tinggi sungguh menakutkan. Demikian bisa terjadi karena hujan deras turun di pegunungan Seribu, tempat mata air Bengawan Solo, di dekat gua Ngampar di daerah Wonogiri.

Dari apa yang ia saksikan pemuda Gesang dengan alat music sederhananya yaitu, seruling mulai menyusun lagu Bengawan Solo dan jadilah lagu tersebut. Waktunya cukup lama yaitu 3 bulan, syairnya mengandung arti yang nyata. Kehidupan alam dan manusia di sekitarnya selalu dikaitkan antara yang satu dengan lainnya. Lagunya sederhana tapi pemuda Gesang telah berbuat jasa pada tanah air Indonesia.

Berikut syair lagunya:

Bengawan Solo

Bengawan Solo, riwayatmu ini

Sedari dulu jadi, perhatian insani

Musim kemarau, tak seberapa airmu

Dimusim hujan, air meluap sampai jauh

Reff:

Mata airmu dari Solo, terkurung gunung Seribu

Air mengalir sampai jauh, akhirnya ke laut

Itu perahu, riwayatmu dulu

Kaum pedagang selalu, naik itu perahu


Pemuda Gesang dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, mencoba menyanyikan lagu ciptaannya “Bengawan Solo”di iringi dengan Orkes sinar Bulan. Perasaan bangga, gembira memberikan semangat kepadanya. Perasaan seninya mendorong kalbunya untuk menggubah lagu-lagu yang lainnya.

Lalu bagaimana mungkin sumber inspirasi yang benar-benar nyata tersebut, yang di ceritakan oleh pemuda Gesang di tahun 1940 dapat di klaim oleh Negara Belanda menjadi ciptaannya? Impossible! Orang belanda pasti tidak ada yang mau untuk berdiam diri di tepi bengawan untuk sekedar mencari ketenangan mendapatkan inspirasi.

Masih hangat ingatan kita, banyak sekali budaya-budaya asli bangsa Indonesia yang di klaim oleh Negara lain semisal Malaysia. Alat music bamboo Angklung, reog Ponorogo, Batik, makanan khas tradisional di cap sebagai hasil budaya mereka. Tidak bosan-bosannya Negara asing ingin mencaplok satu persatu buah pikir yang di hasilkan oleh nenek-nenek moyang bangsa ndonesia. Kita harus bersatu dan wajib marah! Dengan gangguan itu semua. Harus di pertahankan sampai titik darah penghabisan. Kalau sedikit saja kita lengah, akan habislah satu persatu budaya bangsa kita yang sangat agung tersebut. Dulu kita lengah, akhirnya di caploklah sebagian wilayah NKRI, Simpadan dan Ligitan oleh Malaysia. Kita tidak boleh lengah lagi, harus jantan memerangi segala macam ekspansi/pencurian oleh Negara asing. Semua harus sepakat, bersatu padu dari Sabang sampai Merauke, tetap mempertahankan milik NKRI dari rongrongan bangsa asing yang sifatnya sangat merugikan bangsa dan Negara. Tidak menutup mata bahwa Negara Indonesia berdiri oleh ribuan nyawa para pejuang kemerdekaan yang telah rela berkorban agar Indonesia tetap ada, Apakah kita rela dengan semua itu? Diambil Negara lain? Tidak!

Jikalau tidak ada persatuan oleh semua rakyat Indonesia, pastilah satu persatu jerih payah budaya bangsa Indonesia akan jatuh ke tangan Negara lain. Mereka berfikir dengan mencaplok budaya, bahwa prinsipnya Negara yang modern dapat di lihat dengan penghargaan terhadap karya seninya. Semakin banyak penghargaan terhadap karya seni, Negara itu akan semakin berwibawa dan maju di bandingkan dengan Negara yang sangat minim karya seninya.

Dari sejarah lagi kita lihat kenyataan, bahwa jaman dulu para pemimpin bangsa yang bangkit melawan bangsa penjajah Belanda dapat dikalahkan dengan mudah oleh Belanda karena mereka berjuang secara sendiri-sendiri. Menurut pendapat Soekarno The Founding Father, keadaan itu harus diubah dengan menggalang semangat persatuan dan kesatuan bangsa.Seperti batang-batang lidi sapu. Bila bercerai berai akan sangat mudah dipatahkan. Tapi kalau disatukan dalam satu ikatan yang kokoh menjadi sapu lidi, maka lidi-lidi yang kecil dan rapuh itu tidak akan bisa di patahkan begitu saja.

Akhirnya keluar semboyan,

“Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh!”

Persatuan dan kesatuan sikap seluruh rakya Indonesia, merupakan modal kekuatan yang dahsyat dalam menghadapi penjajah belanda waktu itu.Suatu pekerjaan besar tidak mungkin dapat dilaksanakan oleh satu dua orang saja.

Dulu penduduk Hindia Belanda yang sekarang bernama menjadi Indonesia, sebesar 70 juta jiwa. Karena mereka tidak bersatu, mereka tak mampu melawan kekuasaan suatu bangsa Belanda yang hanya berjumlah 6 juta jiwa saat itu.

Lain dulu lain sekarang, penjajahan modern di tandai dengan masuknya budaya-budaya barat/westernisasi, dan budaya luhur bangsa kita mereka ambil agar kita menjadi lupa dengan jati diri kita sebagai bangsa Timur.

Dengan Harkitnas ini kita harus bangkit melawan itu semua,melawan kebodohan-kebodohan yang ada di kepala kita dengan selalu belajar-belajar untuk menjadi manusia yang berwibawa yaitu dengan selalu berkarya. Karya apa saja, karena dengan karya nyata akan bisa mengharumkan nama bangsa di mata bangsa lainnya. Terutama karya lewat tulisan, dunia tulis menulis. Ungkapkan semua isi kepala lewat karya sastra agar Negara lain bisa membaca dan akhirnya mengetahui apa yang sedang kita rasakan karena hanya dengan tulisan/buku kita akan dapat berkomuniksi. Buku menjadi sarana komunikasi yang paling efektif. Tatkala si penulis buku telah tiada, kita masih bisa berkomunikasi dengan nya. Membaca buku laksana kita berbincang bincang dengan sang penulis. Banyak sekali insisari kehidupan yang di tulis di buku, merupakan perekaman sejarah penulis yang sangat berarti sekali untuk masa depan. Sehingga bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju di bandigkan dengan negara-negara lain.

Jayalah Indonesiaku

Bangkitlah putra-putri negeriku

Masa depan menunggu hasil nyata karya-karyamu

Agar tidak ada pandangan remeh oleh bangsa lain