Laron-laron
berterbangan didalam rumah di awal datangnya musim penghujan[1].
Sinar lampu putih mengundang mereka untuk bersama-sama menikmati sejuknya malam.
Sepertinya, singkat benar umurnya. Hidupnya cuma semalam itu saja[2].
Kulihat yang barusan datang dari luar nampak energik sekali berterbangan menuju
sumber cahaya[3].
Baik itu lampu ruangan tengah maupun cahaya nyala televisi. Setelah mereka
terpuaskan dengan bermain cahaya itu, terbanglah mereka menuju kearahku.
Merayap-rayap pada buku diariku. Mengepak-ngepakkan sayapnya kemudian terbang
lagi menuju lampu, datang padaku lagi dan terakhir, merayap dilantai keramik
yang berwarna putih. Terlihat sayap-sayapnya mulai rontok satu persatu
ditinggalkan merayap tanpa sayap. Ndak tahu berkeliling mencari apa, yang jelas
sudah bersiap semut-semut yang badannya berukuran separuh dari tubuh laron
tersebut menganga mulutnya. Semut itu
mulai menyeret badan gemuk laron dengan suatu sebab, makan malam. Kulihat
semut-semut itu datang bersama kawanannya sedang menyantap laron yang mati
seperti kawanan macan berpesta pora dengan kijang atau kerbau hasil buruannya.
Tidak
tahu kenapa laron begitu rela mengorbankan dirinya. Kupandangi dinding, juga
nampak tokek dan cicak merayap
kesana-kemari tanpa susah payah berlari-lari pada dinding tembok. Laron dengan senang
hati datang dengan sendirinya.
Malam
ini memanglah pesta kecil-kecilan. Laron berpesta cahaya lampu yang menghangatkan.
Semut berpesta bangkai laron yang gurih. Tak luput tokek dan cicak turut serta pula.
Tapi bagaimana dengan aku? Apa aku juga akan berpesta pula?
Aku ingat
dulu waktu kecil suka sekali makan laron disangrai[4], Cuma
di kasih bumbu garam saja. Kumakan dengan lahapnya. Sekarang, aku sudah tidak pernah
makan laron. Entah kenapa? Apakah memang sudah pernah? Atau apakah itu, yang pasti
sudah tidak seperti waktu kecil dulu.
Laron,
matursuwun[5]
untuk pengorbananmu. Sayap-sayapmu menjadi saksi akan kotornya lantai rumahku. Lihatlah
besok, pasti kotoran cicak dan tokek menambah harum aroma rumahku.
AF, Kab. Malang ,
3 Desember 2012
PM.
10: 23
[1] Rayap
Jantan dan Betina yang sudah matang dan memiliki saya akan keluar di awal musim
penghujan. Sehingga kedatangan Laron sering dianggap sebagai pertanda awal
musim penghujan.
[2] Sebenarnya
Laron atau juga Rayap Dewasa tidak lah hidup satu malam. Laron adalah Rayap,
dan tentunya dia telah hidup lama sebelum menjadi Laron. Laron yang mati adalah
Laron yang tidak menemukan pasangannya akan mati saat fajar tiba. Sedangkan
Laron yang menemukan pasangannya akan membentuk koloni baru dan Laron Betina
atau Rayap Betina akan menjadi Ratu di Koloni baru nya.
[3] Pada
awal musim penghujan, rayap yang telah dewasa (atau Laron) akan keluar dari
sarang dan mencari pasangannya dengan berkumpul di sekitar sumber cahaya.
[4] Di
ongseng maksudnya di masak dalam kuali/wajan dengan tidak pake minyak lalu di
aduk-aduk terus, karena bila tidak diaduk masakan jadi tidak rata matangnya
alias gosong.
[5] terimakasih
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan isi komentar