Pages

Kamis, 31 Januari 2013

Raden Saleh: Anak Belanda, Mooi Indie, dan Nasionalisme karya Harsja W Bachtiar, Peter BR Carey, dan Onghokham, terbitan Komunitas Bambu, 2009.

koleksi andysenibudaya

2009
Tebal: 194 hal

 Biografi Raden Saleh, sang maestro seni lukis Indonesia yang juga bangsawan dan ilmuwan. Raden Saleh telah mewariskan sesuatu yang luar biasa mengejutkan pengaruhnya dalam sejarah pemikiran kebangsaan Indonesia dan mungkin jauh di luar bayangannya sendiri. Harsja W. Bachtiar, Peter B.R. Carey, Onghokham dan JJ Rizal adalah sejarawan yang mencoba menguak warisan itu seraya menilai tentang siapa dia dan kedudukannya dalam sejarah.

KOMPAS.com - Masyarakat mengenal Raden Saleh Sjarif Bustaman sebagai seniman lukis. Padahal, dia juga ilmuwan yang berperan besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan di negeri ini.

Baru ada dua ruang yang diperbaiki untuk kantor.
-- Rosiana
Untuk mengungkap sosok Raden Saleh, Komunitas Bambu menggelar wisata sejarah ”Jejak Langkah Raden Saleh”, Minggu (31/10/2010). Perjalanan sesuai dengan merunut fakta dalam buku Raden Saleh: Anak Belanda, Mooi Indie, dan Nasionalisme karya Harsja W Bachtiar, Peter BR Carey, dan Onghokham, terbitan Komunitas Bambu, 2009.
Sekitar 30 peserta mengunjungi beberapa karya dan situs peninggalan Raden Saleh di Jakarta dan Bogor yang tercantum dalam buku itu. Mulai dari vila mewah yang dibangun Raden Saleh yang kini menjadi Rumah Sakit PGI Cikini, berlanjut ke Istana Negara, Istana Bogor, dan makam Raden Saleh.
Vila mewah itu kini menjadi aula dan kantor direksi RS PGI Cikini. Detail dan ornamen bangunan bergaya arsitektur Gotik Moor itu tetap dipertahankan.
Salah satu ruangan di gedung berlantai dua itu didedikasikan kepada Raden Saleh untuk menyimpan beberapa perabot asli milik Raden Saleh seperti meja, kursi, dan lemari.
Namun, kondisi ruang-ruang di lantai dua memprihatinkan. Tujuh ruang, termasuk kamar tidur Raden Saleh di situ, rusak dengan lantai kayu berlubang.
”Baru ada dua ruang yang diperbaiki untuk kantor,” kata Kepala Bidang Humas RS PGI Cikini Rosiana. Untuk ruang lainnya, pihak rumah sakit masih menunggu bantuan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta karena bangunan ini termasuk benda cagar budaya.
Di Istana Negara tujuannya hanya melihat lukisan adikarya Raden Saleh ”Penangkapan Diponegoro” yang dibuat 1857.
Sebelum melihat lukisan itu, peserta melewati Ruang Raden Saleh, yang dipakai Ibu Ani Susilo Yudhoyono menerima tamu istimewa. Peserta kaget mendengar penjelasan pemandu, di ruang itu Ibu Ani Yudhoyono memindahkan beberapa lukisan Raden Saleh ke Istana Bogor dan menggantinya dengan lukisan pemandangan.
”Lukisan seorang seniman besar kenapa dipindahkan. Sayang sekali,” kata Direktur Komunitas Bambu JJ Rizal.
Di Istana Bogor, peserta tidak dapat melihat lukisan yang dipindahkan itu. Rupanya, lukisan itu belum dipajang, masih tersimpan di gudang.
Kekecewaan peserta terobati karena dapat menikmati lukisan mengagumkan Raden Saleh lainnya, ”Perkelahian dengan Singa” yang dibuat tahun 1870. Peserta mengagumi kepiawaian Raden Saleh melukiskan ekspresi dalam karyanya.
Perjalanan berakhir di Makam Raden Saleh. Peserta pun ternganga saat mengetahui makam tokoh besar itu ada di Gang Makam Raden Saleh, di Jalan Pahlawan, Kota Bogor.
Kegiatan ilmiah
Menurut JJ Rizal, para ahli sejarah menemukan Raden Saleh terlibat dalam banyak kegiatan ilmiah. Misalnya, Desember 1865, Raden Saleh mencari fosil di Banyunganti, Kabupaten Sentolo, Jawa Tengah.
Di bidang pertanian, Raden Saleh aktif dalam kegiatan ilmiah bersama pakar terkemuka dari Belanda. Dia juga bergabung dengan Leopoldinisch-Carolinische Deutsche Akademie der Naturforscher, yakni lembaga yang memiliki minat sama dengan kebun botani Reinwardt di Bogor.
Mantan pengajar sejarah budaya di Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung dan Institut Kesenian Jakarta, Rahmat Rukhiyat, mengatakan, Raden Saleh berjasa bagi warga Sunda. Salah satunya, menemukan Prasasti Sultan Agung di kandang sapi di Karawang Selatan.
Rizal mengatakan, peran besar Raden Saleh itu kini terlupakan. ”Katalog karya Raden Saleh pun sampai saat ini belum ada,” katanya. (Herpin Dewanto)

Sumber :
Kompas Cetak

Editor :
I Made Asdhiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan isi komentar