9. Laron


Laron-laron berterbangan didalam rumah di awal datangnya musim penghujan[1]. Sinar lampu putih mengundang mereka untuk bersama-sama menikmati sejuknya malam. Sepertinya, singkat benar umurnya. Hidupnya cuma semalam itu saja[2]. Kulihat yang barusan datang dari luar nampak energik sekali berterbangan menuju sumber cahaya[3]. Baik itu lampu ruangan tengah maupun cahaya nyala televisi. Setelah mereka terpuaskan dengan bermain cahaya itu, terbanglah mereka menuju kearahku. Merayap-rayap pada buku diariku. Mengepak-ngepakkan sayapnya kemudian terbang lagi menuju lampu, datang padaku lagi dan terakhir, merayap dilantai keramik yang berwarna putih. Terlihat sayap-sayapnya mulai rontok satu persatu ditinggalkan merayap tanpa sayap. Ndak tahu berkeliling mencari apa, yang jelas sudah bersiap semut-semut yang badannya berukuran separuh dari tubuh laron tersebut menganga mulutnya. Semut  itu mulai menyeret badan gemuk laron dengan suatu sebab, makan malam. Kulihat semut-semut itu datang bersama kawanannya sedang menyantap laron yang mati seperti kawanan macan berpesta pora dengan kijang atau kerbau hasil buruannya.
Tidak tahu kenapa laron begitu rela mengorbankan dirinya. Kupandangi dinding, juga nampak  tokek dan cicak merayap kesana-kemari tanpa susah payah berlari-lari pada dinding tembok. Laron dengan senang hati datang dengan sendirinya.
Malam ini memanglah pesta kecil-kecilan. Laron berpesta cahaya lampu yang menghangatkan. Semut berpesta bangkai laron yang gurih. Tak luput tokek dan cicak turut serta pula. Tapi bagaimana dengan aku? Apa aku juga akan berpesta pula?
Aku ingat dulu waktu kecil suka sekali makan laron disangrai[4], Cuma di kasih bumbu garam saja. Kumakan dengan lahapnya. Sekarang, aku sudah tidak pernah makan laron. Entah kenapa? Apakah memang sudah pernah? Atau apakah itu, yang pasti sudah tidak seperti waktu kecil dulu.
Laron, matursuwun[5] untuk pengorbananmu. Sayap-sayapmu menjadi saksi akan kotornya lantai rumahku. Lihatlah besok, pasti kotoran cicak dan tokek menambah harum aroma rumahku.

AF, Kab. Malang , 3 Desember 2012
PM. 10: 23


[1] Rayap Jantan dan Betina yang sudah matang dan memiliki saya akan keluar di awal musim penghujan. Sehingga kedatangan Laron sering dianggap sebagai pertanda awal musim penghujan.
[2] Sebenarnya Laron atau juga Rayap Dewasa tidak lah hidup satu malam. Laron adalah Rayap, dan tentunya dia telah hidup lama sebelum menjadi Laron. Laron yang mati adalah Laron yang tidak menemukan pasangannya akan mati saat fajar tiba. Sedangkan Laron yang menemukan pasangannya akan membentuk koloni baru dan Laron Betina atau Rayap Betina akan menjadi Ratu di Koloni baru nya.
[3] Pada awal musim penghujan, rayap yang telah dewasa (atau Laron) akan keluar dari sarang dan mencari pasangannya dengan berkumpul di sekitar sumber cahaya.
[4] Di ongseng maksudnya di masak dalam kuali/wajan dengan tidak pake minyak lalu di aduk-aduk terus, karena bila tidak diaduk masakan jadi tidak rata matangnya alias gosong.
[5] terimakasih

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan isi komentar